Jumat, 04 November 2011

Penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Hello Smadda.....
Memahami teori tentang keramahan dan keasrian lingkungan sangatlah mudah, kita manusia pasti menyepakati hal yang sama bahwa perilaku hidup bersih, sehat dan asri membuat kita nyaman. Namun dalam prakteknya, terkadang manusia begitu sulit berkerjasama dengan isi hatinya. Tahu bahwa membuang sampah di sungai membuat sungai kotor, merusak lingkungan bahkan dapat menimbulkan penyakit, terkalahkan dengan pikiran pendek bahwa membuang sampah di sungai adalah sebuah solusi sederhana “menghilangkan” sampah.
Cermin sederhana dalam kehidupan setiap hari kita, cobalah ditulis sampah apa yang kita hasilkan dalam satu hari saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dari sampah organik hingga non organik, dari beratnya yang cuma nol koma sekian gram hingga yang beratnya sampai kiloan. Kemudian identifikasilah bagaimana kita “melenyapkan” sampah tersebut, membuangnya begitu saja atau menghasilkannya kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat. Saya yakin, sebagian besar dari kita melakukan hal yang pertama, membuang sampah tersebut (mudah-mudahan) di tong sampah.


Bagaimana jika kemudian kita menulis sampah-sampah yang dihasilkan keluarga kita? Ada berapa jumlah anggota keluarga kita? Lantas jumlahkan berapa kilo sampah perhari yang keluarga kita hasilkan dikalikan perbulan kemudian pertahun? Belum ditambahkan dengan usia kita hingga akhir hayat nanti. Hasil hitung menghitung tadi pastilah sungguh dahsyat jumlahnya, jika dikalikan lagi berapa jumlah penduduk negeri ini. Padahal jumlah penduduk tiap tahun selalu meningkat, perkembangan industri dan geliat gaya hidup konsumtif pun semakin berkembang pesat hingga berbanding terbalik dengan upaya pencegahan dan penanggulangan limbah yang dihasilkan, pencemaran air, udara hingga perusakan alam yang pelan namun pasti membunuh keseimbangan alam.
Menyadari permasalahan klasik yang sepertinya terus berkembang ini, maka sebuah solusi diharapkan hadir mengetuk pintu kesadaran kita bahwa upaya penanggulangan sampah bukan hanya program pemerintah saja, tapi juga melibatkan lapisan masyarakat secara meyeluruh.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana seorang pendidik (guru) membaca permasalahan ini? Menerapkan gaya hidup sehat dan bersih di lingkungan kerjanya, dengan berbagai macam karakter guru, karyawan serta siswa yang jumlahnya ratusan orang. Tentu sulit jika hanya satu atau dua individu saja yang peduli. Tentu juga tidak mudah jika tidak ada penanaman wawasan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi siswa. Dan tidak mudah pula jika tidak ada kerjasama yang baik antara seluruh warga sekolah, mulai dari peningkatan pengetahuan, kesadaran, keterampilan, dan kepedulian, yang tercermin dalam perilaku warga sekolah yang peduli akan lingkungan hidup mulai dari komitmen hingga penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL) itu sendiri.
Latar belakang penerapan SBL, khususnya di SMK, melalui program Sekolah Hijau (Green School) mengharapkan agar SMK memiliki nuansa kepedulian dan budaya di lingkungan institusi pendidikan. Sedangkan konsep PLH di SMK adalah bagian integral dari proses pendidikan kejuruan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, nilai dan sikap, kepedulian, keterampilan dan pengalaman serta komitmen terhadap setiap permasalahan lingkungan hidup, mencegah, menanggulangi kerusakan dan pencemaran serta melindungi dan melestarikan fungsi lingkungan yang tercermin dalam perilaku baik di tempat kerja/ sekolah maupun masyarakat.
Selanjutnya tujuan dari implementasi Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL) di SMK antara lain adalah meningkatkan wawasan dan kepedulian seluruh warga sekolah akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah.
Tidak hanya keselarasan lingkungan sekolah dengan pohon perindang atau taman-taman kecil yang menyejukkan namun juga bagaimana SMK mampu menyelaraskan hubungan materi pembelajaran dengan praktek pembelajaran ramah lingkungan. Sehingga dalam prakteknya PLH merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan di SMK dan integrasi PLH tersebut dilaksanakan pada semua mata diklat dan aktivitas sekolah. Tidak mengubah kurikulum namun terintegrasi ke dalam kurikulum. Tidak menambah mata diklat dan materi baru tetapi sudah terkandung di dalam proses pembelajaran. Bukan diarahkan pada aspek kognitif semata tetapi lebih diarahkan pada aspek afektif yang tercermin pada perilaku sehari-hari seluruh komponen sekolah.
Misalnya bagaimana siswa program tata boga memanfaatkan sisa bahan praktek masak untuk menghasilkan pupuk kompos dalam mata diklat IPA atau mengolah limbah oli yang dihasilkan dari sisa praktek otomotif. Penanaman dan pembudidayaan tanaman apotek hidup di lahan kosong di mata diklat Biologi atau kegiatan-kegiatan lingkungan hidup lain yang bisa diintegrasikan dibanyak mata diklat lainnya. Selain mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler seperti contoh di atas, pendekatan PLH juga diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, materi PLH diarahkan pada pembentukan sikap kepribadian siswa yang berwawasan lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah dan pembahasan issu aktual tentang lingkungan hidup. Sedangkan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan, penyusunan program PLH secara menyeluruh tercermin dalam sikap dan perilaku warga sekolah, sarana prasarana pendukung PLH serta iklim sekolah berwawasan lingkungan.
Selain itu indikator keberhasilan penerapan SBL lainnya yakni penyediaan dan pemanfaatan informasi lingkungan hidup berupa poster, slogan, peraturan dll. Atau “sekedar” mengelola sumber daya secara bijaksana, yakni dalam penghematan air, listrik, kertas, dan sebagainya. Selain itu sekolah juga dapat menjalin kerjasama dengan institusi yang peduli terhadap lingkungan, misalnya penyampaian issu PLH berkerjasama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) atau lembaga-lembaga lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda disini....